Sudah dua minggu saya di kota Batam ini, kesan pertama memang begitu menggoda, PANAS, dan jelas-jelas bukan sebuah penggodaan buat saya. Panas, saya tidak tahan panas, saya lebih memilih sejuk ketimbang panas. 

Batam, salah satu pulau di provinsi kepulauan riau, Batam yang dibilang-bilang kota terbesar ketiga di Sumatra setelah Medan dan Palembang ini merupakan sebuah pulau yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil, yang pertumbuhannya pesat sekali. Dimana-mana di pulau batam ini gencar melakukan pembangunan, baik itu pembangunan infrastruktur yang dikelola pemerintah juga pembangunan yang dikelola swasta, banyak proyek pembangunan yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan. 

Batam yang dibangun oleh bapak Beje Habibi ini memang akan dijadikan Singapura nya Indonesia, karena letaknya yang memang strategis di jalur pelayaran Internasional, dan berada di titik gerbang dengan luar negeri macam Singapura. Dikarenakan yang membuka Batam ini dulu adalah bapak Beje Habibi, pengelolaan kota atau tata kota nya begitu berbeda dengan kota kota lain saya kira. Jalan-jalan yang teratur, tata letak pemukiman, kawasan pengikat air (apa itu namanya), yang jelas tata kotanya rapi. Dan satu lagi yang unik dari Batam ini ketimbang kota-kota lain adalah jaringan kabel listriknya bawah tanah, seperti kota-kota besar dunia, Batam mengadopsi pengelolaan jaringan kabel, jadi di kota batam, tidak ada kelihatan layang-layang yang nyangkut di kabel listrik, namun di beberapa tempat juga ada tiang-tiang dan kabel-kabel listrik bergantungan, tapi hanya sedikit ditemui. 

Dan yang asiknya, Batam - Singapura kurang 20 menit menggunakan kapal Ferry, harganya pun mungkin tidak terlalu mahal, namun sayang, pasport saya belum ada, hehehe, urus dulu, kapan-kapan bisa makan siang disana (ahahaha...ngimpi)

Satu minggu pertama saya di Batam ini, alhamdulillah sudah mengikuti tes penerimaan karyawan, dan sekarang sudah bekerja di salah satu perusaahan elektronic, PT. PEDSG-BT (Panasonic Eletronic Device Singapore -Batam). Dan di dua hari pertama saya, saya disambut dengan "meriah" oleh seluruh pekerja atau karyawan Batam, sungguh penyambutan yang membuat air mata berlinang, terlalu mengharukan. Ya, demo pekerja Batam.

Demo pekerja (atau di tayangan-tayangan berita disebut demo buruh) ini sudah berlangsung tiga hari belakangan. Dari hari rabu ( 23/11/11) dan hari ini (25/11/11) merupakan hari ke tiga aksi unjuk rasa tersebut. Di hari pertama, aksi berjalan dengan damai, FSPSI (yang mungkin kepanjangannya, Forum Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia) melakukan long march dari daerah Tanjung Uncang, (yaitu daerah konsentrasi perusahaan-perusahaan galangan kapal) menuju daerah Batu Aji (disini ada komplek industri terbesar di Batam) dan bergabung dengan pekerja-pekerja dari komplek industri Batamindo (yang merupakan komplek industri terbesar di Batam), mereka melakukan long march menuju Batam Centre dimana pusat pemerintahan berada.
Aksi tidak ditanggapi pemerintah.

Hari kedua, pekerja-pekerja melakukan long march lagi menuju kantor walikota, dengan tuntutan kenaikan upah minimum dari 1.300.000 ke 1.700.000, dengan alasan gaji sekarang tidak memenuhi tuntutan hidup. Karena tidak mendapatkan tanggapan pemerintah lagi, maka terjadilah kemarahan massal yang mengakibatkan tindakan pelemparan gedung walikota, pembakaran kendaraan-kendaraan dinas, pengrusakan kantor polisi, dan ricuh antara pekerja (yang didominasi pekerja-pekerja galangan kapal) dengan pihak pak polisi.

Dan di hari ketiga ini (25/11/11) yang menjadi acara penyambutan saya di perusahaan tempat saya bekerja ini adalah KERICUHAN.
Pekerja-pekerja galangan kapal itu melakukan sweeping ke tiap-tiap perusahaan untuk mengumpulkan pekerja lainnya yang bertujuan untuk melakukan aksi demo lagi. Dan targetnya adalah perusahaan tempat saya bekerja ini yang didominasi oleh pekerja perempuan. Dan apa yang terjadi??
"kyaaa...kyaaa..."
teriakan-teriakan pekerja, isak tangis, teriakan-teriakan lagi, yang membuat suasana dramatis.
Sepagi tadi sebelum jam 10 pekerja-pekerja galangan kapal itu menerobos masuk ke perusahaan kami, melakukan sweeping dan meneriaki supaya proses produksi berhenti, dan mengeluarkan semua pekerja. Dan saya pun harus ikutan keluar.

Tidak berselang lama setelah seluruh pekerja keluar zona perusahaan, datang sekelompok polisi anti huru hara, dan baru kali ini juga saya melihat polisi dengan tatapan "kereeen". Dua tembakan ke udara di lepaskan untuk mendiamkan pekerja-pekerja galangan kapal. Baku hantam terjadi, pekerja yang dikejar-kejar polisi, lalu ditendang dari belakang (istilahnya dongkak tabang). Dan setiap adegan-adegan itu dihiasi teriakan-teriakan histeris pekerja wanita. Walhasil, pekerja galangan kapal itu dapat diamankan, dan pekerja-pekerja wanita menuntut untuk diliburkan. Alhasil, saya libur sampe hari senin.

Dari perbincangan saya dengan ibu-ibu HRD (sebenernya masih mbak-mbak sih) tentang aksi demo ini. Diawali oleh tuntutan pekerja yang disini diwakilkan oleh FSPSI Batam, kepada asosiasi pengusaha indonesia (APINDO) tentang kenaikan upah pekerja. Orang-orang APINDO ini tidak menuruti tuntutan pekerja, mereka hanya menaikkan upah sebesar 40 ribuan. Dan siapa yang menerima?? Tidak ada, tentupun anda tidak ada yang menerima kenaikan 40 ribuan, kenaikan yang tidak memperbaiki kesejahteraan. 

Karena tidak menerima inilah, FSPSI melakukan tuntutan ke pemerintahan akan naiknya upah minimun, dimana upah minimum itu adalah ketetapan pemerintah. 

Pihak pengusaha yaitu APINDO di dalam perbincangan saya dengan beberapa staff office memang menjadi kumpulan mafia di Batam ini, Benar atau tidaknya saya pun tidak tahu.

Dikericuhan pagi tadi, saya begitu terpesona dengan semangat pekerja-pekerja galangan kapal tersebut.
Dan satu teriakan yang diteriaki salah seorang pekerja galangan kapal itu  di keramaian pekerja-pekerja wanita yang membuat satu kalimat di kepala saya yaitu "kereeeeeeeeeeennn" adalah:
"KAMI DISINI UNTUK SIAPA?? KAMI TIGA HARI INI BERHENTI BEKERJA UNTUK SIAPA??UNTUK KALIAN!!!!" yang dihiasi tangisan-tangisan pekerja wanita. 

Belajar dari Nazi Jerman atau Hitler tidak ada salahnya juga. Hitler begitu tau buruh adalah tulang punggung perekonomian negara. Tanpa buruh, semua industri negara pasti akan hancur, dan kemajuan negara tergantung akan industrinya. Pelajaran yang dapat diambil dari Hitler adalah bagaimana dia memperlakukan kaum buruh, kesejahteraan buruh sangat diutamakan karena merekalah yang menggerakkan suatu negara.



Leave a Reply.